budidaya belut


Budi daya belut
                Budi daya belut pada dasarnya adalah melakukan pembesaran benih hingga jangka waktu yang tepat untuk dipanen. ada beberapa jenis belut yang biasa dibudidayakan. Antara lain belut pisang  yang berekor bundar gilik berwarna kuning atau coklat tua, dikepalanya terdapat motif seperti batik yang hidup di sawah hingga bagian sungai yang berlumpur, berat dari belut ini dapat mencapai 2-2,5 kg, rasa dagingnya gurih dan bertekstur lunak. Belut tambak berwarna kuning terang kecoklatan, bertotol-totol, berekor pipih, hidup di muara sungai yang berlumpur ataupun di tambak dan berdaging lunak. Belut rawa berwarna hitam di bagian punggung dan berdada putih atau kuning, berukuran besar, hidup di rawa-rawa di Pulau Kalimantan, Maluku dan Sulawesi. Belut Dami berwarna kehitaman dan berdada putih, terdapat di daerah Jawa Timur, memiliki nilai ekonomis karena dapat dijadikan makanan ringan yang berupa keripik belut.
          Menurut Literatur, belut adalah hewan yang Hemafrodit. Namun secara umum, ciri-ciri belut betina yaitu berukuran < 20-30 cm, warna kulitnya lebih cerah, bentuk kepalanya lebih runcing dan moncongnya agak panjang serta berekor pipih. Sedangkan belut jantan memiliki ciri-ciri antara lain berukuran panjang > 40-50 cm, warna kulitnya lebih gelap, bentuk kepalanya lebih tumpul dan moncongnya tidak panjang, berekor gilik.
          Untuk membudidayakan belut diperlukan kolam sebagai medianya.Ada beberapa tipe kolam yang dapat digunakan untuk berbudidaya belut. Kolam permanen atau kolam tembok merupakan tipe kolam yang baik karena memungkinkan terjadinya difusi udara dan tumbuhnya fitoplanton yang menempel pada tembok, kolam tembok baru harus dinetralkan dengan cara digosok dengan menggunakan pelepah pisang, selanjutnya dialiri air sampai penuh dan diberi sabut kelapa dan dibiarkan sampai airnya berwarna coklat tua. Kolam terpal merupakan tipe kolam yang lebih murah dan lebih efisien karena dapat dipindah-pindahkan dan mudah dicuci. Kolam drum seng yang bagian tengahnya dipotong berbentuk segi empat, sebelum digunakan, drum harus dilapisi dengan anti karat serta dicuci dan diisi air serta tawas dan biarkan selama seminggu, keuntungan menggunakan drum adalah saat panen dapat dibongkar secara bergantian, dengan menyebar benih sebanyak 1-1,5 kg dapat menghasilkan 6-8 kg belut hasil panen.
          Khusus untuk kolam terpal atau kolam tembok dibuat dengan ukuran persegi panjang yang berguna untuk memudahkan pemberian pakan dan pengontrolan pakan. Tinggi kolam 1 m dan kedalaman media cukup sekitar 50 cm, kolam hendaknya diberi saluran pemasukan air yang berdiameter kecil, dan saluran pengeluaran air yang berdiameter besar. Selain itu, pemasangan saringan air berfungsi sebagai penyaring agar benih belut dan lumpur tidak ikut keluar.
          Cara memelihara belut dengan baik yaitu sebagian media/kolam terkena cahaya matahari dan sebagian lainnya tidak. Sirkulasi udara yang baik akan menghasilkan udara yang sejuk. Karena belut menyukai media dan air yang tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin. Apabila memelihara di luar rumah, hendaknya kolam tersebut diberi atap yang berupa genting, terpal plastik ataupun anyaman daun kelapa. Selain itu kolam juga dapat dibangun dibawah pepohonan yang rindang.
          Bahan-bahan media yang digunakan untuk membudidayakan belut yaitu lumpur sawah yang memiliki ciri-ciri bertekstur halus, tidak mengandung pasir atau kerikil, memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, memiliki aroma seperti comberan; Gedebok pisang yang sudah busuk dan berwarna coklat kehitaman; Batang jerami padi yang sudah mengering dan membusuk; Air media yang berupa air sumur, air sungai bahkan air PAM yang telah dinetralkan dengan cara diangin-anginkan pada bak tandon dan diberi arang kayu.
          Cara pembuatan media budi daya belut, antara lain gedebok pisang disusun setebal ±10 cm; lumpur sawah yang telah diencerkan dan diberi EM4 yang ditebar merata dengan ketebalan ±3cm sampai menutupi lapisan gedebok pisang; tebar jerami dengan ketebalan ±5cm;  masukkan air sampai ketinggian 5 cm; biarkan selama 2 minggu; setelah itu cek kematangan media tiap 2 minggu sekali sampai media benar-benar membusuk; pergantian air dilakukan setelah keluar cacing lor di kolam; pengurasan air dilakukan sebanyak 3-4 kali; di beberapa tempat beri gundukan jerami dengan ketinggian 20-25 cm; kemudian tebar benih yang telah dikarantina.
          Benih yang baik adalah benih yang berukuran batang pena, berwarna coklat kekuningan dengan dada berwarna kuning atau coklat bening serta bertotol hitam, jika dipegang belut tidak lemas,kepala benih akan tenang apabila di dalam air, posisi punggung benih berada diatas, warna insang tidak memerah, serta benih tidak luka, tidak cacat, tidak berwarna keputihan dan tidak putus pada bagian ekornya.
          Sebelum disebar dikolam, hendaknya benih dikarantina terlebih dahulu dikolam yang berukuran 1x1 meter yang telah diberi kocokan telur bebek atau ayam yang disebar merata. setelah selang waktu 30 menit sampai 1 jam, air diganti dengan yang baru dengan cara dialirkan secara perlahan. Pilah benih yang sehat dan masukkan ke dalam media yang telah disiapkan.
          Waktu penebaran benih ditentukan oleh kesiapan media. Benih akan ditebar apabila muncul cacing lor sawah pada media yang telah disiapkan. Hal itu menandakan bahwa media telah siap ditebar benih. Penebaran disarankan pada malam hari pukul 20.00 atau 21.00 yang memiliki selang waktu udara dingin yang lebih lama.
          Pakan yang digunakan dapat berupa pakan pokok yang berupa cacing tanah atau cacing merah, dan pakan selingan yng berupa anak katak hijau, keong, anak ikan, belatung, udang rebon, telur ayam mentah, usus ayam segar, belalang, ulat hongkong yang masih muda dan jangkrik. Tiga hari setelah disebar, benih tidak perlu diberi pakan. Pada hari keempat,benih diberi  pakan berupa yuyu yang sudah dihancurkan cangkangnya dengan waktu pemberian pakan pada pukul 5.00, 12.30 dan 19.00 dengan cara disebar secara merata. Pada bulan kedua, belut diberi makan berupa anak katak hijau yang jumlahnya sekitar 30% dari bobot badan. Pada bulan ketiga dan keempat diberi pakan berupa daging keong yang agak besar. Pakan ini diberikan dengan jumlah minimal 5% per hari dari bobot benih.
          Kematian benih yang ditebar biasanya berlangsung setelah hari kedua. Rata-rata kematian sampai 20% dari total benih yang disebar. Kematian ini disebabkan benih yang ditebar sudah lemas dan proses fermentasi media yang belum sempurna.
          Pada bulan ketiga hingga keempat, belut dapat dipanen. 1 kg belut berisi 15-20 ekor. Panen dapat dilakukan dengan cara menyebarkan banyak bubu di kolam-kolam.
          Kegagalan dalam membudidayakan belut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pemilihan benih yang kurang tepat, ketersediaan pakan yang kurang, pemeliharaan eceng gondok yang terlalu padat, pengetahuan petani tentang fungsi dan efek media kurang, petani kurang memperhatikan pola makan belut.
          Belut dapat diolah menjadi berbagai macam produk-produk makanan yang berbahan dasar surimi. Surimi adalah produk olahan sementara yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan berbagai makanan. Diantaranya Otak-otak belut, Nugget Belut, Bakso Belut, Abon  Belut, Belut bumbu pecel, dan Garang asem belut.
          Analisis biaya yang dikeluarkan dalam pembudidayaan belut ini adalah dari 20 kg benih yang ditebar selama 5 bulan akan menghasilkan keuntungan sekitar 75%. Dari biaya total sekitar Rp 2.083.830,- dapat menghasilkan keuntungan sekitar Rp 2.766.170,- . 

Penulis : antani vina ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel budidaya belut ini dipublish oleh antani vina pada hari Minggu, 13 Mei 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan budidaya belut
 

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers